Dec 4, 2008

Filsafat Agama Bag II

A.Pengertian dan Definisi
Apa itu filsafat? Dengan pertanyaan itu kita telah memasuki medan filsafat, karena pertanyaan yang dimulai dengan apa merupakan salah satu pertanyaan filsafat. Pertanyaan demikian dijawab dengan pengertian. Pengertian dirumuskan dengan definisi. Sedangkan definisi filsafat terdapat perselisihan di antara para filosof. Filosof menurut Herbert berpendapat, bahwa kewajiban filsafat ialah mengerjakan pengertian-pengertian yang dipakai oleh ilmu-ilmu yang lain. Dalam kerjanya, ilmu mulai dengan pertanyaan apa tentang sesuatu yang dihadapinya. Menjawabnya dengan pembentukan pengertian, pengertian itu dirumuskan oleh ss (takrif). Adapun yang membentuk pengertian dan merumuskan definisi itu adalah filsafat. Sedangkan menurut Kant, filsafat adalah pokok dan pangkal segala pengetahuan dan pekerjaan. Ada 4 pertanyaan yang menggariskan lapangan filsafat:1. Apa yang bias kita ketahui? Dijawab oleh filsafat metafisika,
2. Apa yang boleh kita kerjakan? Dijawab oleh filsafat etika,
3. Sampai dimanakah pengharapan kita? Dijawab oleh filsafat agama,
4. Apakah yang dinamakan manusia? Dijawab oleh filsafat antropologi.
Jenis agama. Ada dua jenis agama: agama budaya-ardhi dan agama langit-samawi, menurut kepustakaan barat menyebut natural religion (agama alam) dan revealed religion (agama wahyu). Kajian agama secara etimologi menurut bahasa Sansekerta (Indo Jerman) bahwa akar kata a-gam-a ialah gam yang berarti pergi atau berjalan (dalam bahasa Belanda gaan, Inggris go). Istilah pergi atau jalan kemana? Menurut agama Hindu jalan menuju ke Nirvana, menurut Islam: syari’at, thariqah, shirathal mustaqim (jalan lurus), peristilahan Cina: tao; peristilahan Jepang: shinto, menurut Budha jalan delapan; dan menurut Tuhan Nasrani, “Yesus” berkata kepada pengikut-pengikutnya: “ikutlah jalanku”. Jadi, pemaknaan agama-agama: umumnya ditemukannya jalan pada batinnya.
Adapun keselarasan antara filsafat dan agama menurut al-Kindi di dasarkan pada 3 alasan: (1) Ilmu agama merupakan bagian dari filsafat, (2) Wahyu yang diturunkan kepada Nabi dan kebenaran filsafat saling bersesuaian, (3) menuntut ilmu, secara logika, diperintahkan dalam agama.
* Dua Tradisi Besar Filsafat:
a) Filsafat Tradisional, “the perennial philosophy” yang sering dibahas “Yang Suci” (The Secred) atau “Yang Satu” (The One) dalam satu manifestasinya, seperti dalam agama, filsafat, sains dan seni.
b) Filsafat Modern : justru sebaliknya. Yakni, membersihkan “Yang Suci” dan “Yang Satu” dari alam pemikiran filsafat, sains dan seni – telah benar-benar dikosongkan dari adanya “Yang Suci” atau dilepaskan dari kesadaran kepada “Yang Satu”.
Jadi filsafat agama. Bertolak dari definisi filsafat, adalah takrif filsafat agama: system kebenaran tentang agama sebagai hasil berpikir secara radikal, sistematis dan universal. Dasar-dasar agama yang dipersoalkan dipikirkan menurut logika (teratur dan berdisiplin) dan bebas. Ada 2 bentuk filsafat agama, yakni filsafat agama pada umumnya dan filsafat sesuatu agama.
B. Kajian Filsafat Agama dalam Perspektif Filosof Muslim
Persesuaian antara filsafat dan agama sudah sepantasnya dianggap sebagai ciri terpenting filsafat Islam. Yang dalam perkembangannya terdapat pertentangan-pertentangan antara filosof dengan fuqaha dan teolog pada tingkat argumentatifnya.
Adapun kajian filsafat agama dalam perspektif filosof Muslim telah banyak menyumbang akan pesatnya perkembangan peradaban dalam Islam. Mula-mulanya para filosof Muslim terkemuka bermula sebagai ilmuwan, yang kemudian beralih sebagai filosof, yakni filosof adalah orang yang berani dalam pemikiran, selanjutnya berani dalam sikap hidup dan pandangan dunia sebagai hasil dari pemikiran itu (seperti: al-Farabi, ibn Sina, ibn Rusyd dan yang lainnya).
Bahkan dalam hal ini al-Kindi diklasifikasikan sebagai filosof alami, meskipun al-Kindi sering kali memberi keseimbangan atas hasil karya filosof Yunani; misalnya, risalah al-Kindi tentang filsafat awal, bahwa “filsafat adalah pengetahuan tentang hakikat segala suatu dalam batas-batas kemampuan manusia, karena tujuan para filosof dalam berteori ialah mencapai kebenaran, dan dalam berpraktek, ialah menyesuaikan dengan kebenaran.” Pada akhir risalahnya, ia menyifati Allah dengan istilah “kebenaran”, yang merupakan tujuan filsafat. “Maka Satu Yang Benar (al-Wahid al-Haq) adalah yang pertama, Sang Pencipta, Sang Pemberi Rizki semua ciptaan-Nya…” pandangan ini berasal dari filsafat Aristoteles, tetapi ‘Penggerak Tak Tergerakkan’ (Unmoveable Mover)-nya Aristoteles diganti dengan sang ‘Pencipta’; perbedaan ini menjadi inti system filsafat al-Kindi.
Doktrin al-Farabi untuk mencapai kesesuaian antara filsafat dan agama telah dikritik oleh al-Ghazali, namun sikap heran sementara ditujukan oleh ibnu Sina dan ibn Rusyd yang sekaligus keduanya terkagum akan karya al-Farabi. Ibn Sina mengikuti sepenuhnya teori al-Farabi tentang kenabian dan Ibn Rusyd mengakui keabsahan teori ini. Karya al-Farabi yang selain tentang teori kenabian antara lain: 1. Logika, 2. Kesatuan Filsafat, 3, Teori 10 Kecerdasan, 4. Teori tentang Akal, 5. Penafsiran atas al-Qur’an; dan, 6. Teori tentang Kenabian. “Al-Farabi hampir memandang segala sesuatu sebagai jiwa. Tuhannya adalah jiwa dari segala jiwa, lingkungan-lingkungan astronomisnya diatur oleh jiwa-jiwa langit, dan pangeran kotanya adalah seorang yang jiwa mengatasi tubuhnya”. Spiritualisme ini berakar pada gagasan-gagasan dan konsepsi-konsepsi, dan secara keseluruhan untuk dispekulasikan dan direnungkan . yang Esa adalah renungan tiada tara dan akal yang mengakali diri. Kemaujudan-kemaujudan lainnya disebabkan oleh akal ini. Melalui spekulasi dan perenungan, manusia dapat berhubungan dengan dunia langit dan memperoleh kebahagiaan sempurna.
Lain halnya menurut Muhammad ibn Zakaria al-Razi (seorang rasionalis murni) yang menolak tugas dan fungsi kenabian, terutama menolak mu’jizat (i’jaz) al-Qur’an, baik karena gayanya maupun isinya. Ia lebih menyukai buku-buku ilmiah daripada kitab-kitab suci, sebab buku-buku ilmiah lebih berguna bagi kehidupan manusia daripada kitab-kitab suci. Buku-buku kedokteran, geometri, astronomi dan logika lebih berguna dari pada Injil dan Al-Qur’an. Meskipun ia percaya adanya Tuhan, namun ia tidak mempercayai agama manapun.
C. Krangka Berfikir (Proses Penggunaan Akal) dalam Filsafat Agama
Penjabaran yang mengenai proyeksi akal dalam filsafat agama al-Farabi telah mengelompokkan akal dalam 2, yakni: (1) Akal praktis, yaitu yang menyimpulkan apa yang mesti dikerjakan; dan (2) Akal teoritis, yaitu yang membantu menyempurnakan jiwa. Akal toritis ini dibagi lagi menjadi: yang fisik (material), yang terbiasa (habitual); dan yang diperoleh (acquired). Seiring dengan yang diungkapkan oleh ibn Rusyd, sekali pun ia menyanjung tenaga akal dan mempercayai akan kemampuannya untuk mengetahui, namun ia mempercayai pula, bahwa ada hal yang terletak di luar kemampuan akal untuk diketahuinya. Karena itu ia menyarankan supaya kita haruskembali kepada wahyu yang diturunkan untuk menyempurnakan pengetahuan akal.
Secara garis besar menurut al-Farabi , pikiran manusia biasa akan mencapai kesempurnaannya manakala ia menjadi ‘aql mustafad dalam peringkatnya lebih rendah dari akal aktif terpisah yang melahirkannya, namun ia tetap adalah aktifitas murni dengan caranya sendiri, yang tidak lagi memerlukan kemampuan-kemampuan jiwa rendah untuk operasi-operasinya. Karenanya, dari sudut pandang ini ia dapat dibandingkan dengan akal aktif. Lebih-lebih, pada tahap ini, ia mampu memikirkan akal aktif itu sendiri yang selama ini menjadi satu-satunya agen produktifnya. Jadi, Akal Aktif menjadi bentuk dari ‘aql mustafad dan filsuf yang sempurna, atau iman (atau Nabi) pun muncul. Sebagian atau satu tingkat tertentu dari Akal Aktif (yang dinamakan Roh Kudus) terlibat, suatu bagian yang tetap berada di luar jangkauan dan tak tercapai oleh akal manusia. Klasifikasi akal dari al-Farabi (tak termasuk yang termasuk di atas Akal Aktif) ada lima tahap, yaitu:


AKAL MANUSIA AKAL AKTIF



Akal Akal Akal Roh Akal
potensional actual perolehan Kudus transenden

Akal kenabian
D. tentang filsafat ilmu
Apa yang dimaksud dengan filsafat ilmu?
Filsafat ilmu adalah: penyelidikan tentang ciri-ciri mengenai pengetahuan ilmiah dan cara-cara untuk memperoleh pengetahuan tersebut.
A. jelaskan arti ilmu secara etimologi
Ilmu berasal dari b.arab : alima ya'lamu, ilman, dengan wazan fa'ila yaf'alu yang berarti mengerti, memahami benar-benar.
Pengertian ilmu yang terdapat dalam kamus bahasa Indonesia adalah: pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode- metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu dibidang {pengetahuan} itu.
B. jelaskan beberapa pengertian ilmu menurut beberapa para ahli.
 Mohammad hatta
Ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hokum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut kedudukanya tampak dari luar, maupunmenurut bangunanya dari dalam 12
 Karl pearson
Ilmu yaitu : lukisan atau keterangan yang komprehensif dan konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah yang sederhana.13
 Harjoso, guru besar antropologi di Universitas pajajaran, menerangkan bahwa ilmu adalah :
a. merupakan akumulasi pengetahuan yang disestematikan.
b. Suatu pendekatan atau metode pendekatan trhadap seluruh dunia ampiris, yaitu dunia yang terikat oleh factor ruang dan waktu, dunia yangada perisipnya dapat diamati oleh panca indra manusia.
c. Suatu cara menganalisis yang mengizinkan kepada para ahlinya untuk menytakan sesuatu proposisi dalam bentuk, jika…..maka…..14

C. apa yanganda fahami tentang : a).pengetahuan, b). ilmu.
a. penetahuan adalah : keseluruhan pengetahuan yang belum tersusun, baik yang mengenai metafisik maupun fisik, atau pengertian pengetahuan informasi yang berupa common sense. Pengertian diibaratkan lidi-lidi yangyang masi h berserakan dipohon kelapa, dipasar dan dipohon lain yang belum tersusun dengan baik.
b. ilmu yaitu : sebagaian pengetahuan yang mempunyai cirri, tanda, syarat tertentu yaitu : sistematik, rasional, emipris, universal, objektif, dapat diukur, terbuka, dan komulatif {bersusun timbun }. Ilmu sudah merupakan bagian yang lebih tinggi dari itu karena memiliki metode dan mekanisme tertentu. Ilmu diibaratkan seperti sapulidi yang sudah diraut dan dipotong ujung dan pangkalnya kemudian diikat, sehingga menjadi sapu lidi.
D. apa perbedaan dan persamaan filsafat dan ilmu?
1. keduanya mencari rumusan yang sebaik-baiknya menyelidiki objek selengkap-lengkapnya sampai keakar-akarnya.
2. keduanya memberikan pengertian mengenai hubungan atau koheren yang ada antara kejadian yang kita alami dan mencoba menunjukkan sebab-sebabnya.
3. keduanya hendak memberikan sintesis, yaitu suatu pandangan yang bergandengan.
4. keduanya mempunyai metode dan system.
5. keduanya hendak memberikan penjelasan tentang kenyataan seluruhnya timbul dari hasyrat manusia (objektivitas ), atau pengetahuan yang lebih mendasar.
E. tujuan filsafat ilmu
1. mendalami unsur-unsur ilmu, sehingga secara menyeluruh kita dapat memahami sumber, hakekat dan tujuan ilmu.
2. memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan dan kemajuan ilmu diberbagai sehingga kita mendapat gambaran tentang proses ilmu kontemporer secara histories.
3. menjadi pedoman bagi para dosen dan mahasiswa dalam mendalami studi perguruan tinggi, terutama untuk membedakan persoalan yang ilmiah dan non ilmiah.
4. Mendorong para calon ilmuwan untuk konsisten dalam mendalami ilmu dan pengembanganya.
5. mempertegas bahwa dalam persoalan sumber dan tujuan antara ilmu dan agama tidak ada pertentangan.


F. coba analisis, apa manfaat filsafat umum?
Dengan adanya filsafat ilmu diharapkan mampu mendorong kita untuk lebih kreatif dan inofatif sesuai dengan aturan ilmiah. Filsafat ilmu memberikan spirit bagi perkembangan dan kemajuan ilmu dan sekaligus nilai-nilai yang terkandung dalam setiap ilmu, baik pada takaran antologis, epistemologis, maupu aksiologis.

DAFTAR PUSTAKA

Gazalba, Sidi. “Sistematika Filsafat”, Jakarta: Bulan Bintang, 1992.
Rahman, Fazlur. “Kenabian di Dalam Islam”, Bandung: Penerbit Pustaka, 2003.
Syarif, M.M. M.A. “Para Filosof Muslim”, Bandung: Mizan, 1993.
Mulyadi kartanegara, "epistemologi islam" , bandung: mizan, 2003.
Endang Saifudin Anshori, "Ilmu Filsafat Dan Agama", Surabaya PT: Bina Ilmu, 1987.
Burhanudin salam, "pengantar filsafat" , Jakarta PT: Bina Aksara, 1988.

1 comments:

nasihuddinsidayu said...

sudah saatnya kita menguasai filsafat, biar qta g elergi ketika ada orang bule yang berfilsafat, ok